Listrik Indonesia | Suasana hangat dan penuh semangat memenuhi Ruang Pembangkit Lantai 2 Institut Teknologi PLN (ITPLN) pagi 20 Mei 2025. Para calon wisudawan dan mahasiswa tampak antusias menyimak setiap kata dari sosok yang duduk di hadapan mereka: Ir. Tjahjadi Aquasa, pendiri sekaligus CEO Wisma Sarana Teknik Group.
Dalam acara Studium Generale Wisuda ke-46, Tjahjadi hadir bukan hanya sebagai pembicara, tetapi juga sebagai sumber inspirasi yang nyata tentang bagaimana ketekunan, keberanian menghadapi tantangan, dan kemampuan mengelola emosi dapat mengubah hidup seseorang dan bahkan membangun sebuah perusahaan besar.
“Semua dimulai dari keberanian mengambil satu langkah,” ujar Tjahjadi membuka presentasinya. Ia mengajak para peserta kembali ke tahun 1974, ketika dirinya masih seorang insinyur muda yang memutuskan untuk mendirikan PT Wisma Sarana Teknik.
“Saya tidak mendirikan usaha karena ingin jadi pebisnis. Saya melakukannya karena saya mencintai tantangan,” ungkapnya jujur. Bagi Tjahjadi, setiap tantangan adalah undangan untuk tumbuh sebuah prinsip yang kemudian menjadi fondasi dalam membangun bisnisnya, yang kini telah berkembang menjadi salah satu perusahaan kontraktor elektrikal dan mekanikal terkemuka di Indonesia.
Menumbuhkan Growth Mindset
Dalam sesi bertema “Growth Mindset & Emotional Intelligence: Fondasi Karier yang Sehat dan Sukses”, Tjahjadi menekankan pentingnya memiliki growth mindset pola pikir yang percaya bahwa kemampuan dan potensi dapat dikembangkan melalui kerja keras, pembelajaran, dan ketekunan.
“Kalau gagal, ya wajar. Tapi kalau berhenti karena gagal, itu yang bahaya,” tegasnya. Ia mengajak mahasiswa dan calon wisudawan untuk tidak takut mencoba, bahkan jika hasilnya belum sesuai harapan. “Justru dari kegagalan, kita belajar cara yang lebih baik.”
Ia juga berbagi bahwa growth mindset bukan hanya dibutuhkan saat kuliah atau bekerja, tetapi juga dalam membangun usaha. “Dunia bisnis itu dinamis. Kita tidak bisa mengandalkan pengetahuan teknis saja. Harus fleksibel, adaptif, dan terbuka terhadap ide-ide baru.”
Kecerdasan Emosional: Fondasi Kepemimpinan
Selain berbicara soal pola pikir berkembang, Tjahjadi juga menekankan pentingnya emotional intelligence (EQ) kemampuan memahami dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain. Menurutnya, EQ adalah bekal penting dalam memimpin tim, membangun kepercayaan, dan menjaga stabilitas mental di tengah tekanan.
“Ketika kamu memimpin, kamu tidak hanya memimpin proyek kamu memimpin manusia,” katanya. “Dan manusia itu bukan robot. Mereka punya emosi, harapan, dan kekhawatiran. Di situlah peran EQ.”
Ia juga mendorong para peserta untuk mengembangkan empati, kemampuan mendengarkan, dan kesabaran dalam menghadapi dinamika kerja. Dalam pandangannya, pemimpin yang sukses adalah mereka yang bisa menciptakan suasana kerja yang sehat, kolaboratif, dan menghargai setiap individu.
Buku Biografi: “Never Ending For Learning, Doing And Teaching”
Di akhir sesi, Ir. Tjahjadi membagikan buku biografinya yang berjudul “Never Ending For Learning, Doing And Teaching” kepada peserta. Buku ini tidak hanya memuat perjalanan bisnisnya, tetapi juga refleksi pribadi tentang makna hidup, pembelajaran, dan kontribusi.
“Judul buku ini bukan slogan,” katanya sambil tersenyum. “Itu gaya hidup saya. Belajar, bertindak, lalu berbagi terus menerus, tanpa akhir.”
Catatan untuk Generasi Baru
Bagi para wisudawan Institut Teknologi PLN, sesi ini bukan hanya pengantar menuju dunia kerja, tapi lebih dari itu sebuah pengingat bahwa karier yang sukses tidak dibangun hanya dengan nilai bagus, tetapi dengan mentalitas belajar seumur hidup, keberanian menghadapi tantangan, dan kecerdasan emosional yang kuat.
“Saya tidak bilang semuanya akan mudah,” tutup Tjahjadi. “Tapi kalau kalian punya mindset yang benar, dan hati yang kuat, maka jalan kalian akan jauh lebih terang.”
Dan di ruangan itu, di antara tawa kecil dan catatan yang dicoret dengan cepat, tampak jelas: inspirasi telah ditanamkan, dan benih kepemimpinan masa depan telah mulai tumbuh.
.jpg)
